Padang.Newshanter.com – Wendi Rakhadian, salah seorang ABK KM Brahma 12 yang pernah disandera perompak Filipina, mengaku teringat dengan film “Captain Philips” yang menceritakan kisah penyanderaan seorang kapten kapal cargo Maersk oleh kawanan perompak laut Somalia.
Selama disandera, ia menyatakan selalu membayangkan apa yang akan terjadi terhadap nyawanya dan 9 ABK lainnya. Apakah akan berakhir tragis atau akan selamat.
“Setiap malam saya membayangkan itu, kadang saya teringat film Captain Philips untuk memotivasi diri sendiri agar bisa selamat dari penyanderaan ini,” katanya kepada KLIKPOSITIF.
Selama disandera, ungkap Wendi, mereka selalu dijaga ketat oleh kelompok perompak bersenjata laras panjang-yang belakangan ia ketahui berjenis M16. Gerak gerik mereka juga selalu diawasi.
“Namun kami tidak diperlakukan dengan kasar, meskipun selalu diawasi dengan senjata. Kita tidak pernah dipukuli ataupun digertak untuk dibunuh, karena sejak awal penyanderaan kami tidak pernah melawan,” jelas Wendi.Selama disandera bersama 9 ABK lainnya, mereka sering bercerita soal kampung halaman untuk mencari hiburan.
Di tempat disandera kata wendi Tidak ada penerangan , bangunan juga tidak ada. Kami tidur di tanah. Mereka sengaja tidak membuat penerangan di pulau agar tidak ada yang mengetahui keberadaan mereka. Para perompak itu cukup ganas sehingga ia dan ABK lain tidak berani melakukan perlawanan.
“Mereka selalu siaga di sekitaran pulau tempat kami disandera, jika suatu waktu ada yang mendekat ke pulau itu mereka tidak segan-segan untuk menembak,” kata warga Ambacang.
Selama di sandera kata Wendi, Kami cari hiburan dengan tidur siang dan bercengkrama satu sama lain, tidak jarang juga kami tertawa sambil meneteskan air mata jika teringat kampung halaman.”Namun sekarang kami bersyukur bisa pulang dengan selamat dan bisa berkumpul drngan kelusga,” pungkasnya.
Tetap Akan Menjadi ABK
Meski sudah menjadi korban penyanderaan Wendi Rakhadian, mengaku akan tetap melaut dan bekerja di kapal. Karena menurut Wendi penyanderaan yang ia alami tersebut merupakan pengalaman yang sangat berharga, namun keinginannya untuk melaut tidak surut.”Ini adalah pekerjaan saya, penyanderaan itu menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi saya,” katanya .
Diktakan Wendi pascapenyanderaan pihak perusahaan pengelola kapal KM Brahma 12 masih menutup jalur pelayaran ke Filipina ataupun kapal yang berlayar melewati jalur tersebut.
“Sampai sekarang belum ada yang berlayar melewati jalur itu ataupun ke Filipina,” ungkapnya.
Selama bekerja di KM Brahma 12, ia bertugas sebagai koki dan digaji sebesar Rp2 juta per bulan. Hingga saat ini ia masih menunggu informasi dari perusahaan kapan ia bisa bekerja kembali.
“Saya menunggu kabar dari perusahaan kapan bisa bekerja lagi. Gaji saya bulan ini juga belum dibayarkan oleh perusahaan,” kata lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Tanjung Priok itu.” pungkasnya kepada wartawan KLIKPOSITIF di Padang.(NHO)
