Yani Mandela, Luncur Single Cinto Tapaso

  • Whatsapp
Yani Mandela/ Foto Riau pos.co

PEKANBARU.Newshanter.com – Yani Mandela penyanyi minang pendatang baru dari kota Baru, kini meramai Industri musik tradisi Minangkabau dengan mengusung sungle bertajuk Cinto Tapaso, yang ditulis Eza Kawa, seorang pencipta lagu kebanggaan Ranah Minang.

Penyanyi kelahiran 29 Januari 1992 yang mirif penyanyi korea ini ingin lagu yang ia nyanyikan dikenal banyak orang dan suatu saat bisa Yani tampilkan di atas panggung yang disaksikan khalayak ramai. “Dunia musik sudah jadi pilihan hidup bagi Yani.” jawab Yani Mandela ketika diwawancarai wartawan Riaupos.co SAbtu (14/11/2015) di kediamannya.

Di tengah keterpurukan penjualan fisik rekaman musik seperti yang diopinikan Bens Leo, seorang pengamat musik senior di Indonesia ditepis Soni Maryanto, pemilik salah satu studio musik di Padang yang juga adalah pembina beberapa studio musik di Sumatera barat.

“Masyarakat Minangkabau dan juga para perantaunya masih sangat apresiatif dengan karya-karya musik tradisinya, sehingga ini sangat mendukung produktivitas para seniman daerah untuk tetap berkarya, meskipun fenomena kaset bajakan tak mampu dielakkan.” jelas Soni Maryanto, yang juga seorang drummer legendaris bersertifikat IDI dari Gilang Ramadhan.

Mengawali kecintaannya pada dunia musik, pada tahun 2011, Yani Mandela pernah memperoleh juara pada Djarum Event bersama bandnya ’SMAL BAND’ sebuah band dari Lebong, Bengkulu, ketika Yani masih SMP, Yani jadi drummer di band itu. Tak berwaktu lama, Yani pun keluar dan bergabung dengan D’Vhadu Band, sebagai gitaris rhythm.

Pada ajang lomba lagu Rapp kota Bengkulu di tahun 2012, Yani dan beberapa teman lainnya yang tergabung dalam satu grup, tampil sebagai juara dan memperoleh penghargaan dari BKKBN.

Pada tahun 2013, Yani memutuskan untuk hijrah ke Tapan, sebuah daerah di kabupaten Pesisir Selatan, Sumaterabarat. Di sana, Yani bergabung dengan G-SERIES BAND dan mengusung lagu nasional yang berjudul “Jarak dan Waktu” yang ditulisnya sendiri.

Vakumnya band itu sekarang tak memadamkan bara semangat Yani Mandela untuk menekuni dunia musik. Sejak tinggal pada salah satu daerah di Minangkabau ini, kecintaannya pada Minangkabau terkhusus musik tradisinya pun tercipta.

“Mungkin kebanyakan orang mengagumi Minangkabau diawali karena masakannya yang enak-enak, seperti Rendang, Sambalado dan lainnya. Tapi Yani mengagumi Minangkabau itu justeru berawal karena melihat Rumahgadangnya. Yani penasaran, bagaimana cara orang Minangkabau memasang ujung-ujung atap rumah adatnya itu, sehingga menyerupai tanduk kerbau .” jelas Yani mendecak kagum.(RPC/NR)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *