Palembang – PT Riset Perkebunan Nusantara (PT RPN), bagian dari Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), melalui Pusat Penelitian Karet menegaskan perannya sebagai motor penggerak riset perkebunan nasional di kancah internasional.
Bersama International Rubber Research and Development Board (IRRDB), PT RPN menjadi tuan rumah Workshop IRRDB 2025 di Palembang. Forum internasional ini memperkuat sinergi antarnegara produsen karet dunia dalam mendorong inovasi riset, peningkatan produktivitas, dan kesejahteraan petani.
Selama tiga hari pelaksanaan, lebih dari seratus peserta dari India, Malaysia, Filipina, Indonesia, dan Thailand membahas solusi komprehensif bagi industri karet alam. Sebanyak 24 makalah ilmiah dipresentasikan, mencakup topik perbaikan tanaman, pengendalian penyakit, hingga strategi pemberdayaan petani.
Sekretaris Jenderal IRRDB, Dr. Abdul Aziz, S.A., menekankan pentingnya menempatkan petani sebagai pusat perhatian dalam kebijakan industri karet. “Petani adalah tulang punggung industri, namun sering kali dikesampingkan dari diskusi kebijakan. Kita perlu kolaborasi yang lebih menyeluruh,” tegasnya.
Hal senada disampaikan Prof. Dr. Ahmad Ibrahim dari UCSI University, yang menilai bahwa industri karet tengah menghadapi periode tersulit. “Kita butuh kerja sama yang lebih kuat, kompensasi yang adil untuk petani, dan riset yang melihat jauh ke depan,” ujarnya. Ia juga mendorong negara produsen untuk terlibat dengan International Rubber Study Group (IRSG), agar suara produsen karet semakin terdengar di level global.
Pakar Ekonomi Association of Natural Rubber Producing Countries (ANRPC), Dr. Lekshmi Nair, menggeser paradigma industri dengan menyoroti pentingnya efisiensi biaya. “Jangan hanya mengejar harga tinggi, tapi juga cari cara menurunkan biaya produksi,” ungkapnya.
Ia menambahkan, penyelarasan strategi industri dengan tujuan net-zero emmission dan peluang kredit karbon akan memperkuat pemberdayaan petani serta ketahanan rantai pasokan global.
Sementara itu, Prof (Ris). Ir. Didiek Hadjar Goenadi, IRRDB Fellow, mendorong perhatian pemerintah terhadap sektor karet setara dengan komoditas seperti kelapa sawit. “Kita butuh inovasi dan nilai tambah. Sektor karet juga penting untuk ekonomi,” tegasnya.
Workshop ini juga menghasilkan sejumlah inisiatif konkret untuk memperkuat industri karet di masa depan. Kepala Pusat Penelitian Karet PT RPN, Dr. Suroso Rahutomo, mengumumkan rencana peluncuran klon IRRI baru yang toleran terhadap penyakit Pestalotiopsis, sebagai bentuk komitmen Indonesia terhadap keberlanjutan industri. Selain itu, negara-negara anggota IRRDB sepakat melanjutkan Program Pertukaran Klon guna mempercepat pemuliaan tanaman di berbagai wilayah tropis.
Forum juga menyepakati perlunya kerja sama antarnegara produsen untuk memastikan harga karet yang adil dan berkelanjutan, didukung oleh data biaya produksi yang transparan. Peserta menekankan bahwa pemerintah memiliki peran penting dalam meningkatkan penggunaan karet di dalam negeri, seperti melalui penerapan aspal berkaret dan bantalan seismik, guna memperkuat permintaan domestik dan menjaga stabilitas harga bagi petani.
“Workshop ini menandai babak baru kolaborasi antara lembaga riset, universitas, dan pelaku industri. Saya optimistis kita dapat membawa industri karet menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan menyejahterakan, terutama bagi para petani,” tutur Abdul Aziz dalam sambutan penutup.
Kegiatan ini mencerminkan semangat kolaborasi global yang tidak surut oleh tantangan. Dengan energi baru dan tekad bersama, komunitas karet alam berkomitmen untuk membangun masa depan industri yang lebih berkelanjutan, inklusif, dan berpihak pada kesejahteraan banyak pihak.
Press Release ini juga sudah tayang di VRITIMES
