Play Group Unggulan, Fasilitas Dijanjikan, Tidak Diberikan

Johannes Agus Taruna Ssi MM

Palembang, newshanter.com – Desmon Simanjuntak SH (31) warga Jalan kebun bunga kecamatan sukarami Palembang ini merasa kecewa dan dirugikan dengan pelayanan pendidikan di tempat buah hatinya menuntut ilmu di Play Group Unggulan di kota Palembang ini tidak bisa menaggapi keluhan wali murid dengan bijaksana dan memberikan rasa aman terhadap anak didik dan orang tuanya.

Sebab, dirinya kaget mendengar laporan dari sang anak bahwa dirinya telah diperlakukan kasar oleh diduga guru di sekolahnya dan dua item fasilitas yang dijanjikan pihak sekolah sebelumya tidak diberikan sampai saat ini, walau telah dibayar lunas.

Terlihat bukti pembayaran awal (kwitansi) dari “Super Brilliance Kids” (SBK) yang terletak dijalan MP Mangkunegara Palembang. Dengan Nomor Register Pendaftaran : C1 / 220217 – 000640. Nomor kuitansi : SBK / C1 / 220217 – 003112. Pembayaran 6 paket Nursery dengan total biaya tujuh jutaan rupiah untuk pendaftaran sekolah TA. 2016 / 2017. Pada paket No. 5 Finger Print (sidik jari) dengan biaya sebesar satu juta rupiah dengan kode Qty 1.

Desmon mengungkapkan, berawal dirinya mendapatkan pengaduan dari sang anak pada Minggu, (10/03/2017) lalu sekitar Pukul 18.00 WIB. Anaknya mengatakan, kalau dirinya telah dijewer dan dicubit pipinya oleh diduga sang guru disekolahnya, bila dirinya tidak makan, sambil menirukan apa yang dilakukan guru terhadapnya.
Bapak yang diketahui berprofesi sebagai Advokat dan Pengacara ini mengaku, disekolah anaknya memang ada fasilitas makan yang didampingi oleh guru, saat dibincangi media ini Kamis, (13/04/2017) disela sidang di Pengadilan Negeri Klas I A Khusus Palembang.

Khawatir terdapat kekerasan terhadap anaknya, Senin, (11/03) Advokat dan Pengacara Pos Bantuan Hukum (Posbakum) Pengadilan Negeri Klas I A Khusus Palembang ini menayakan ke pihak sekolah yang dialami anaknya melalui istrinya.

Pihak sekolah mengatakan, akan kita kros cek, pihak sekolah tidak bisa memberikan keputusan dan berjanji akan pertemukan wali murid ke pihak yayasan. Melalui ibu Kartika, mengatakan, pihak yayasan tidak mau ketemu, katanya.

Esok hari Selasa, (12/03/2017) Desmon dipertemukan dengan pihak yayasan diruang meeting melalui satpam sekolah. Sebelum pertemuan, Desmon mengaku, diberikan undangan oleh pihak sekolah yang diketahui Terakreditasi A ini, terlihat undangan baru diprint.

Pertemuan yang dipimpin moderator, hadir guru yang diduga pelaku kekerasan terhadap anaknya membantah dengan dalih dia menjepit pipinya sendiri, bukan pipi muridnya, elaknya.

Kesempatan itu, Desmon pertanyakan fasilitas CCTV untuk orang tua memantau kegiatan anak disekolah melalui smarth phone dan sidik jari untuk mengetahui bakat anak yang sebelumnya fasilitas yang dijanjikan pihak sekolah, dan sampai saat ini, fasilitas itu belum diberikan, terlhat CCTV dipasang diruang makan, bukan diruang sekolah, jelasnya.

Kartika mengatakan, nanti kita sampaikan pada yayasan, singkatnya. Desmon berharap solusi yang diberikan pihak yayasan, bukan solusi yang diberikan, yayasan malah membela gurunya dan berdalih.
Pihak yayasan, Yohanes mengatakan, bapak tidak ada bukti, bapak sudah menuduh, elaknya. Desmon minta pihak yayasan menonaktifkan guru yang bersangkutan. Yohanes keberatan dan mengatakan, kalau tidak ada titik terang, kita tidak usah bahas ini ! cetusnya..

Desmon kecewa, pihak sekolah tidak bisa mengungkap keluhan anak didik dan orang tuanya. Selayaknya sekolah unggulan yang Bonafit sekelas SBK mulai dari Play Group, TK, SD, SMP dan SMA ini bisa menanggapi keluhan wali murid dengan bijaksana untuk memberikan rasa aman terhadap anak dan orang tuanya, harapnya.
Terkait hal ini, Desmon akan melaporkan pihak sekolah SBK ke dinas pendidikan. Desmon menambahkan, disisi hukum, pihak sekolah dan yayasan diduga telah melakukan pemalsuan surat, penipuan dengan menguntungkan diri sendiri, tegasnya.

Menanggapi hal ini, Ketua Yayasan Super Briliance Kids. Johannes Agus Taruna SSi MM ketika dibincangi media ini Sabtu, (15/04/2017) mengatakan, telah masuk laporan bahwa anak sekolah disini telah dicubit oleh guru, sedangkan permintaan orang tua sianak untuk menonaktifkan guru tersebut.

“Kita tidak bisa sepihak selagi tidak ada bukti, jadi kita konfirmasi dengan guru yang bersangkutan kebetulan guru bersangkutan wakil kepala sekolah, yang sudah 7 tahun bekerja disini sedangkan anak bapak ini baru 2 bulan sekolah. Kemudian ditanya baik-baik tapi gagal, sedangkan dihari berikutnya anaknya masih sekolah dan kita tanyakan tidak ada bukti perbal. Jadi kalau tidak ada dasarnya apa, bahkan bukti visum tidak ada”, ujarnya.

Menurut Owner SBK ini, kalau seandainya ada bukti tentu pihaknya akan mengambil tindakan karena menyangkut lembaga, kalau mendengar penjelasan dari orang tua murid, ketika anaknya duduk dipangkuan orang tuanya, kemudian ngomong ‘pi pi’, sambil memegang pipi menjelaskan seperti dicubit, tapi saat itu tidak ada kata-kata cubit.

“Jadi tolong dibedakan mana yang opini mana yang fakta, kalau tidak ada bagaimana kita mau membuktikan, apa lagi anak ini baru berusia 3 tahun, kalau kita teruskan apakah bisa menjadi saksi kan tidak,”ungkapnya.

Disamping itu, dia melanjutkan, sianak sekolah terakhir pada hari Jum’at, pada hari Minggu sibapak bercerita gara-gara kejadian itu si bapak ribut sama isteri, berarti kesimpulannya bisa betul bisa tidak, si isteri pun tidak sepakat.
“Kalau mau diteruskan kasus kekerasan terhadap anak, saya pun mengedukasi dan mengajar sejak tahun 1995, saya merupakan salah satu tokoh pendidikan dikota Palembang, mengedukasi orang tua bahwa profesi guru seharusnya memberi rasa hormat kepada guru, jangan mentang-mentang ada undang-undang kekerasan terhadap anak lalu sedikit-sedikit kekerasan terhadap anak, sehingga profesi guru itu diserang sementara kalau tidak ada guru siapa yang mendidik anak-anak kita itu,” bebernya.

Dirinya sebagai penengah dalam masalah ini, dan siapa pun orangnya tidak mau anaknya disakiti, namun tidak ada bukti yang jelas, tidak mungkin pihak sekolah dapat mengambil tindakan tegas.
Kemarin bapak sianak diundang dengan surat tertulis, namun bapak sianak tetap tidak mau terima, kejadian ini baru beberapa hari dan sianak sudah tidak masuk sekolah lagi, kemungkinan sudah tidak enak dan sianak tidak lagi sekolah, terangnya.

Selain itu Johannes menambahkan, lantaran tidak terima dengan penjelasan dari pihak sekolah orang tua yang bersangkutan mencari-cari kesalahan bahkan dikatakan sekolah ini pembohong.

“Mengenai CCTV sebagaimana dibrosur dijelaskan orang tua dapat memantau siswa melalui video streaming, memang ada CCTV tapi tidak sampai ke kelas tidak sampai ke toilet, yang namanya orang tua kalau sudah menyekolahkan anaknya percayakan saja ke sekolah, kalau sudah tidak percaya dengan sekolah kenapa mesti disekolahin. Kemudian masalah sidik jari yang bersangkutan emosional tidak tahu kalau anaknya sudah diambil 10 sidik jarinya” paparnya.

Masih menurut dia, sewaktu anak dan orang tuanya dipanggil, untuk dimediasi disaksikan dirinya dan pertemuan tersebut sempat di dokumentasikan video. “Pada anak tersebut ditanya, ada gak Da (3) di cubit sama Miss Linda, tidak ada dan malah sianak bertanya dicubit itu seperti apa, bagaimana kami akan mengambil tindakan kalau tidak ada bukti sama sekali,”tandasnya. (y2n)

Pos terkait