Bukittinggi, newshanter.com – Untuk meningkatkan kunjungan Wisata ke Kota Bukittinggi, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) berupaya mengembalikan Kota Bukittinggi menjadi tujuan wisata pasca musibah banjir bandang lahar dingin yang terjadi di daerah Sungai Puar yang terjadi di daerah terdekat dari kota Bukittinggi, Sabtu (29/6/2024).
Salah satu usaha yang dilakukan dengan menggelar event dengan ajakan kembali berkunjung ke Kota Bukittinggi serta sosialisasi edukasi bersama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Ketua PHRI Bukittinggi, Taufik Hidayat mengatakan, pasca musibah banjir bandang lahar dingin yang terjadi beberapa waktu lalu, banyak calon pengunjung khususnya warga di luar Sumatera Barat yang membatalkan niatnya untuk datang ke Bukittinggi karena terpengaruh berita yang tidak benar dari media Sosial, hal itu sangat merugikan sekali bagi Pemerintah Bukittinggi terutama di sektor wisata.
“Kami telah meminta saran dan masukan serta rekomendasi ke PVMBG melalui Posko Pengamatan Gunung Api (PGA), hasilnya Kota Bukittinggi dalam kategori di luar ancaman resiko erupsi dan banjir lahar dingin Marapi,” kata Taufik Hidayat,
Taufik tidak menyangkal Okupansi atau angka hunian semenjak pasca musibah banjir bandang lahar dingin baik dari segi kunjungan maupun hunian perhotelan atau wisma menurun drastis hingga 60 persen awal Desember 2023.
” Apalagi media sosial yang ternyata selama ini yang disampaikan terlalu mendramatisir dibesar-besarkan bahkan cenderung hoax, Padahal Bukittinggi hanya terdampak debu vulkanik, itupun jarang terjadi. Penyebab penurunan Okupansi juga karena jalur transportasi yang rusak total di Lembah Anai, tapi ada jalur alternatif yang bisa dilalui,” Ungkap Taufik
Untuk mengembalikan kepercayaan wisatawan berkunjung ke Bukittinggi, PHRI akan menggelar event atau kegiatan yang bekerjasama dengan pegiat media sosial dan perkumpulan wartawan dari Bukittinggi Press Club (BPC).
“BPC diisi oleh wartawan media besar, nasional dan berpengalaman. Masyarakat butuh informasi yang tepat untuk menunjukkan bahwa Kota Bukittinggi baik-baik saja. Kami juga adakan lomba videografi ajakan datang ke Kota Jam Gadang ini, apalagi saat ini momen liburan,” kata Taufik.
Sementara itu, Penyelidik Bumi Madya PVMBG, Mamay Sumaryadi menegaskan posisi Kota Bukittinggi berada jauh dari jarak radius 4,5 kilometer yang direkomendasikan untuk dihindari.
“Posisi Kota Bukittinggi dalam peta kebencanaan berada di luar jangkauan lahar dingin atau banjir bandang dari hulu gunung Marapi, keberadaan kota ini bisa tetap bisa dimanfaatkan secara optimal untuk aktivitasnya,” kata Mamay.
Ia juga mengatakan abu vulkanik yang di hembuskan oleh Gunung Marapi memang mempengaruhi jalur transportasi khususnya penerbangan jika arah angin mencapai Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Kota Padang, sementara dari catatan yang dimiliki oleh PVMBG Gunung Marapi meletus yang dahsyat sekitar tahun 1807 yang membentuk kolom hingga 7000 meter keatas, dan yang terjadi saat hanya mencapai 2-3000 meter dan ini hanya tergolong letusan kecil.
“Abu membentuk kolom, ketika ada angin bergerak ke arah tenggara, BIM akan terpengaruh. Dalam dunia penerbangan material abu per milimeter dianggap membahayakan, berbeda dengan kejadian erupsi Gunung Agung di Bali, dimana Masyarakat dan pemerintah daerah setempat berupaya kembali meningkatkan kunjungan daerah dengan menggelar even kegiatan seni. (A/M)