Pekanbaru.Newshanter.com- Selama ini publik hanya mengenal kebesaran empire Sriwijaya, sebuah kemaharajaan di abad ke-7. Tapi tidak banyak yang tahu bahwa setelah kejatuhan Sriwijaya sekitar abad ke -11 dan menjelang munculnya Kesultanan Palembang Darussalam di akhir abad ke 15, ada kerajaan yang disebut Kerajaan Palembang.
“ Kisah ini tidak begitu populer karena tidak menyisakan peninggalan penting seperti prasasti maupun manuskrip. Namun kerajaan yang hanya menurunkan lima orang raja ini melahirkan seorang tokoh besar bernama Parameswara. Tokoh ini sangat terkenal dalam sejarah Singapura dan Melaka karena dialah yang mendirikan dan memberi nama dua kota di pesisir itu. Sama ada itu benar atau tidak, itu tugas sejarahwan, kita selaku pelaku teater hanya mencoba mementaskannya dalam bentuk tawaran konsep yang kita kemas karena kisah Parameswara ini banyak sekali versinya,” ujar Asriel Chaniago yang juga merupakan wartawan senior itu.
Pentas lakon kolosal yang diperankan lebih kurang 40an pemain itu dijelaskan Asriel mencoba menawarkan konsep lakon yang tetap berpijak pada tradisi seperti misalnya Dul Muluk dan Bangsawan serta beberapa tradisi lisan yang ada di Palembang.
“Ini konsep kita dari Sanggar Teater Kembara bahwa tradisi aebagai sebuah kekuatan untuk identitas kita dan itu perlu kita kemas sehingga pertunjukan tetap modern dan dapat diterima masyarakat kita hari ini,”ujarnya lagi seperti dilansir Riau Pos.
Tak heran kemudian, pengunjung yang hadir di Anjung Seni Idrus Tintin malam tadi disuguhkan sebuah kisah sejarah yang tentunya dapat dijadikan tambahan referensi terkait dengan sejarah Melayu di Nusantara ini. Hal itu juga diakui Kepala Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi Riau yang hadir mewakili Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman. Katanya, lakon teater yang berkisah tentang sejarah Melayu sepweti yang disuguhkan sanggar teater Kembara sebenarnya patut kita simak, didalamnya terdapat informasi-informasi sejarah yang bisa dijadikan tambahan referensi bagi kita di alam Melayu ini.
“Dan yang pastinya, konsep garapan mereka juga berangkat dari kekuatan teater tradisi yang dikemas dalam semangat kekinian,” ujar Yoserizal Zen yang juga merupakan penyair Riau itu.
Persembahan itulah sebagai puncak penutup peringatan Hari Pers Nasional (HPN) yang sudah berlalu sejak 19 Mei lalu. Panitia yang telah dibentuk kini dibubarkan. Berlangsung di Gedung teater Idrus Tintin Bandar Serai, Sabtu (28/05/2016).
Hadir dalam kesempatan itu Tokoh Pers Riau H Rida K Liamsi, Ketua SPS Pekanbaru Zulmansyah Sekedang, Ketua PWI Riau H Dheni Kurnia serta Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman yang diwakilkan oleh Kepala Arsip Pustaka Wilayah Yose Rizal Zein.
Ketua PWI Riau H Dheni Kurnia dalam kata sambutannya menyampaikan rasa terimakasihnya atas dedikasi serta peran panitia HPN tahun ini. Dalam kesempatan itu ia sekaligus membubarkan panitia HPN disertai dengan ucapan permintaan maaf dikarenaka bulan Suci Ramadan.
Sementara itu Kepala Arsip Pustaka Wilayah Yose Rizal Zein dalam kata sambutannya menyampaikan permintaan maaf Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman dikarenakan memiliki agenda penting lainnya.”namun begitu sebtulnya bapak Gubernur sangat berkeinginan hadir ditengah kita semua saat ini,”pungkasnya.
Sementara Pentas Teater Kembara dari Palembang ini berjalan sukses,pentas “Sang Mjeura”. Drama ini menceritakan tentang kisah Parameswara seorang ksatria dari Palembang yang berjuluk “Sang Mjeura” dan berhasil membangun Kota Singapura dan Malaka.Naskah yang ditulis oleh Nurhayat Arif Permana dan sutdara Asriel Chaniago.(Riau Post/NR)





