Palembang. Newshanter.com Jumiarni (8) bocah yang duduk di kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah hmenghembuskan nafas terakhirnya, Selasa (14/11/2017), diduga setelah mendapatkan suntik imunisasi di Puskesmas 7 Ulu yang diadakan di sekolah.Namun apakah benar penyembab Jumiarni meninggal karena suntik imunisasi belum diperoleh keterangan resmi,
Saat wartawa Sripo mencoba mengkonfirmasi kepada Puskesmas 7 Ulu, tidak ada satupun pegawai yang bersedia memberikan komentar.Selain itu Kepala Puskesmas diinformasikan salah satu pegawainya sedang rapat dan tidak tahu keberadaanya. “Ibu sedang rapat, untuk nomor telepon saya tidak punya,” kata pria tua seorang pegawai yang duduk di pintu depan Puskesmas.
Menurut keterangan yang diperoleh Jumiarni mendapatkan imunisasi pada Jumat kemarin, pasca disuntik Jumiarni langsung mengalami kelumpuhan sehari setelahnya dan dirujuk ke RS Muhammadiyah.
Peristiwa ini tidak diduga-duga oleh orangtua Jumiarti, pasalnya sebelum mendapatkan imunisasi pada Jumat (10/11/2017) anak mereka dalam keadaan sehat.
“Hari jumat itu, anak saya bangunnya pagi jam 5 subuh. Dia semangat sekali katanya akan ada imunisasi di sekolah,” kata Meisyah saat dikunjungi di RSMP menunggui anaknya.
Diceritakan meisyah Jumat siang, Jumiarti pulang sekolah masih ceria dan tidak ada yang aneh. Namun saat sore menjelang malam, tiba-tiba kaki kiri Jumiati tidak bisa digerakkan. “Anak saya jadinya berbaring saja,” ujarnya.
Sabtu pagi kondisi Jumiarti belum berubah juga.
Bahkan kaki kanan ikut-ikutan tidak bisa digerakkan. Meisyah lalu buru-buru melapor ke Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Yayasan Al Hikmah Gg Duren 7 Ulu Palembang, tempat Jumiarti bersekolah melaporkan kondisi anaknya.
“Bagaimana ini pak ustad, anak saya kenapa jadi tidak bisa jalan,” kata Meisyah panik.
Wakasek kesiswaan menyarankan untuk segera melapor ke Puskesmas 7 Ulu yang menyelenggarakan imunisasi tetanus yang merupakan program nasional untuk anak-anak kelas 1-3. “Puskesmas cepat tanggap, mereka langsung mendatangi siswake rumah,” ujar Sukardi SThi, Wakasek Kesiswaan.
Karena kondisi belum membaik, akhirnya petugas Puskesmas, merujuk Jumiarti dibawa ke RSMP, pada Sabtu sore.
“Kami ini orang tak punya, Puskesmas katanya menanggung semua biaya berobat,” ujar Juniarto yang mendampingi istri menjaga Jumiarti di RSMP.
Namun hingga Senin sore, kondisi JUmirti, belum juga ada perubahan. Bahkan tubuh Jumiarti mengalami demam.
“Dari sejak sakit belum bisa buang air besar. Kencing juga tidka teras oleh dia, tahu-tahu kasur sudah basah. Ya Allah ngapo anak aku cak ini, sakit apo,” ujar Meisyah seraya mengaku belum ada omongan penyakit apa yang diderita anaknya dari dokter yang menangani.
“Masih nunggu hasil tes darah dan urine,” sambungnya.
Selasa pagi (14/11/2017) kondisi bocah ini semakin parah dan mengalami sesak napas. Jumiarti harus dibantu oksigen untuk bernafas, sekitar pukul 09.00, nyawa Jumiarti tak tertolong.(SP/fi)