BATAM- Newshanter.com.Puluhan orang yang tergabung di Ikatan Keluarga Besar Sumatera Selatan (IKBSS) di Batam, berbondong-bondong mendatangi halaman Mapolresta Barelang, Sabtu (14/2) sekitar pukul 18.00 WIB.
Dari salah satu iringan mobil yang datang, keluar 8 pemuda bertelanjang dada. Mereka yakni Yusuf, Yayat, Iwan, Joko, Adi, Tabroni, Andra dan Andri. Beberapa luka akibat dipukul membekas di bagian wajah mereka. Sebagian lainnya mendapat luka cambukan di bagian punggung.
Beberapa kertas karton berisi dukungan kepada polisi mereka bawa. Mereka meminta polisi mengusut kasus penganiayaan yang dialami 8 pemuda itu. Termasuk 3 pemuda lainnya yang bernasib sama, namun tidak berada di Mapolresta Barelang sore itu.
“Kedatangan kami ke sini untuk memberikan dukungan kepada polisi. Tindak sesuai prosedur orang yang melakukan penganiayaan ini. Kalau memang di kantor polisi, di kantor polisilah penanganannya. Kenapa orang nggak bersalah dilakukan penangkapan?,” ucap Ketua IKBSS, Nika Astaga.
Diapun mengaku sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian sejak Jumat (13/02/2015) lalu, terkait anggotanya yang disebut-sebut sebagai terduga pelaku penusukan berujung kematian terhadap Sertu (Mar) Pw.
“Kita nggak tutup-tutupi masalah ini, malah kita bantu. Kalau memang anggota kami salah, kami serahkan kepada polisi penanganannya. Tapi kenapa 11 orang ini dibawa. Malah ada yang sampai tak sadarkan diri,” ujarnya.
“Sembilan orang pulang, nah dua nya lagi kemana?. Dua orang ini dibilang diduga pelaku. Kalau mereka memang bersalah, diproseslah di sini (kantor polisi). Kenapa harus dibawa entah kemana,” sambung Nika lagi.
Joko, salah seorang korban mengatakan, akibat penganiayaan yang dialaminya itu, hingga saat ini dia masih merasakan pusing di kepalanya. Selain mendapat luka di bagian punggungnya.
“Kami minta keadilan, kami nggak bersalah, tapi dipukuli. Kepala saya masih pusing,” kata Joko.
Anggota DPRD Kota Batam Sesalkan
Anggota Komisi I DPRD Kota Batam, Hamidi mendampingi delapan korban pemukulan sekelompok pria berpakaian preman sangat menyayangkan perlakuan terhadap korban.
“Adik-adik kami ini bukan pelaku. Ini namanya murni pidana umum, yang berhak mengamankan itu adalah kepolisian. Tentara itu urusannya mengamankan negara,” ujar Hamidi kesal.
Pria yang masuk dalam kekerabatan Sumatera Selatan itu juga mengatakan delapan anggota kekerabatannya tersebut sengaja dibawa dan dipukuli karena diduga masih ada terkait kasus penikaman yang menewaskan Sertu (Mar) Pw, oknum aparat anggota Yonif Batalion 10 Marinir/ SBY di kawasan Teluk Pandan, Jumat (13/02/2015) lalu.
“Tak boleh dari kesatuan turun sendiri ke lapangan mukulin orang seperti ini. Saya di Komisi 1 dan kebetulan orang Palembang. Kami mendukung kok pencarian tersangka pembunuhan itu. Kan bisa dikumpulkan senior kami untuk bantu mencari. Tapi kalau tidak ada yang salah, main bawa dan dipukuli begini, kita pun marah,” tutur Hamidi.
Hamidi menyatakan sebagai anggota dewan, ia sendiri tidak ingin memihak terhadap kesukuan tertentu. Namun demikian, dukungan yang ia berikan sebagai wujud penegakan hukum.
“Kebetulan saja ini adik-adik kami yang benar. Sudah saya bilang, kami siap mencari, tapi kalau begini saya juga tersinggung. Saya sebagai dewan berdiri di tengah,” ucap dia kesal.
Ia sangat menyayangkan atas perlakuan yang dialami oleh delapan orang tersebut. Bukan hanya dipukuli, korban yang diduga berjumlah 11 orang itupun sebagian masih belum dikembalikan.(TB)






