Obat Racikan dan Permasalahannya
Penulis : Rika Permata Arisandy, S.Farm (Mahasiswi Sekolah Harapan Ibu Jambi)
Obat racikan menjadi salah satu perhatian, karena pada ketersediaan obat racikan sering kali timbul kejadian yang tidak dikehendaki meliputi, kesalahan pengobatan, kualitas obat racikan dan serta masalah kontaminasi bakteri.
Dokter sering kali meresepkan obat racikan pada anak dikarenakan keterbatasan pengadaan sediaan obat untuk anak. Sedangkan dimasyarakat obat racikan juga disebut puyer. Obat dalam yang bentuk serbuk dan dibungkus kecil-kecil.
Di Indonesia resep puyer untuk anak masih sering dijumpai dan digunakan dalam pengobatan yang dibuat dengan menggerus atau mencampurkan formula obat tablet yang biasa di pakai orang dewasa.
Sediaan pulveres menjadi dominan dan paling banyak diresepkan sebesar (71%). (21%) permintaan bentuk sediaan semi padat dan (7,2%) berupa sediaan cair. Obat racikan juga memiliki keuntungan dibandingkan dengan ketersediaan yang lain antara lain : dosis dapat disesuaikan dengan umur pasien, berat badan pasien Dan dapat dikombinasikan dengan obat tambahan lainnya sesuai dengan kebutuhan pasien.
Obat racikan juga memiliki kekurangan yang perlu diketahui, obat racikan sendiri mudah terkotaminasi bakteri, sediaan obat menjadi lembab, tidak sterilnya pada proses saat peracikam sehingga kerugian tersebut dapat memperlambat proses kesembuhan.
Biasanya obat racikan diberikan untuk anak-anak pada usia ≥ 5tahun dengan persentase pada 2-4 tahun sebesar 44,17% Dikarenakan pada usia tersebut memiliki proporsi lebih besar untuk diberikannya obat dalam bentuk racikan. Adapun parameter yang mendukung lainnya seperti, anak-anak yang belum mampu menelan obat yang berbentuk tablet, sehingga sediaan obat racikan menjadi pilihan yang tepat untuk diberikan kepada anak-anak.
Hal tersebut sebanding dengan penelitian yang saya lakukan yang berjudul stabiperuahan fisika dalam kimia pada pasien pediatri di apotek “X” Kota Jambi. Dokter sering kali meresepkan obat racikan dan memberikan sediaan berbentuk serbuk. Dokter sering memberikan dikarenakan tidak tersedianya formula khusus obat anak.
Harga yang cukup mahal, sehingga obat racikan menjadi pilihan yang tepat. Adapun tujuan dari sediaan resep racikan adalah menyesuaikan dosis obat dan bentuk sediaan dengan kebutuhan kondisi klinis pasien seperti, pulveres yang diresepkan untuk anak yang susah menelan obat bentuk tablet dan berguna untuk menutupi rasa tidak enak dari obat.
Tetapi obat racikan juga dapat menimbulkan masalah seperti kesalahan manusia dalam meracik sediaan, proses menimbangan, membagi dalam porsi-porsi yang tidak sama besar akan mempengaruhi kandungan dosis di setiap bungkusnya sehingga dapat menurunkan stabilitas obat tertentu.
Meningkatnya toksisitas. waktu penyediaan sediaan obat lama dikarenkan rata-rata diperlukan 10 menit untuk membuat satu resep racikan, apabila terjadi kelambatan akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien.
Berkurangnya efektivitas obat karena kemungkinan obat yang digerus akan menempel pada lumping dan alu ataupun pembungkusnnya sehingga dapat terjadi kontaminasi bakteri jika pada saat proses peracikan tidak dilakukan dengan steril atau SOP yang berlaku.
Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam peracikan yaitu: memastikan bahwa sediaan tersebut sesuai dengan resep yang diberikan, menimbang dan membagi obat racikan dengan benar dan dikemas dalam wadah yang tertutup, terlindung dari cahaya agar sediaan tersebut tetap terjaga mutu dan kualitasnya sehingga obat tersebut dapat memberikan indikasi yang tepat untuk pasien.
Sehingga dapat disimpulkan obat racikan dan permasalahnnya dapat di atasi jika pada proses peracikan sesuai dengan SOP yang berlaku dan akan mengurangi kesalahan yang akan merugikan baik pasien atapun dokter.