Indonesia Kini Punya AWS Premier Partner: Tonggak Baru bagi Ekosistem Cloud Nasional

Jakarta, newshanter.com – Untuk pertama kalinya, Indonesia resmi memiliki perusahaan lokal yang menembus level tertinggi dan sangat eksklusif dalam ekosistem partner Amazon Web Services (AWS). ICS Compute, perusahaan IT Consulting and Services asal Indonesia, telah diakui sebagai AWS Premier Tier Partner, sebuah status yang secara global hanya dicapai oleh top 1% dari 140.000 lebih AWS Partner di seluruh dunia.

Premier Tier merupakan puncak dari jalur kemitraan layanan AWS. Untuk mencapainya, sebuah perusahaan harus menunjukkan komitmen jangka panjang yang konsisten, mulai dari skala bisnis dan volume peluang yang signifikan, investasi besar dalam pengembangan talenta bersertifikasi, termasuk puluhan profesional di level Professional dan Specialty, hingga rekam jejak implementasi solusi cloud yang tervalidasi langsung oleh AWS di berbagai proyek berskala enterprise.

Dengan pencapaian ini, Indonesia tidak lagi hanya menjadi pasar bagi solusi cloud global, tetapi juga menjadi rumah bagi pemain lokal yang diakui setara dengan konsultan cloud terkemuka di kawasan dan dunia.

“Dari perspektif geopolitik teknologi, ini penting. Saat banyak negara mulai memperketat aturan terkait data residency, kapasitas lokal untuk mengelola infrastruktur cloud kritis bukan lagi opsi, tapi keharusan,” ujar Budhi Wibawa, CEO ICS Compute, Jumat (28/11/2025).

Momentum ini datang pada waktu yang tepat. Pencapaian Premier Tier berbarengan dengan fase implementasi penuh Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU No. 27/2022) yang efektif sejak Oktober 2024. Kehadiran Premier Partner lokal membuka peluang untuk mengalihkan sebagian belanja digital ke dalam negeri sekaligus mempercepat pemenuhan kewajiban kepatuhan terhadap UU PDP.

UU PDP, yang memiliki jangkauan teritorial maupun ekstra-teritorial, mewajibkan perusahaan untuk memastikan keamanan dan kedaulatan data pribadi. Kegagalan memenuhi kewajiban seperti penunjukan Petugas Perlindungan Data (DPO) atau pelanggaran data, dapat dikenakan sanksi denda hingga Rp10 miliar. Kapabilitas Premier Tier lokal secara signifikan mengurangi risiko kepatuhan ini bagi perusahaan Indonesia.

“Banyak perusahaan fintech dan perbankan yang menunda migrasi ke cloud karena khawatir soal compliance dan ketersediaan talenta lokal,” kata Budhi.

“Dengan status Premier, kami menunjukkan bahwa kapabilitas tersebut kini tersedia di dalam negeri, mengakhiri ketergantungan pada konsultan asing untuk proyek migrasi yang kompleks,” lanjut Budhi.

Status Premier juga memberikan ICS Compute akses prioritas ke teknologi dan program terbaru AWS. Perusahaan di Indonesia kini dapat mengakses layanan Generative AI, seperti Amazon Bedrock dan Amazon SageMaker, dengan dukungan implementasi lokal. Dengan lebih dari 70 sertifikasi AWS tingkat Professional dan Specialty, ICS Compute kini menjadi salah satu jalur utama bagi uji coba program dan layanan baru AWS di Indonesia.

Dari sisi sumber daya manusia, kehadiran Premier Partner lokal juga membawa dampak jangka panjang terhadap pengembangan talenta digital Indonesia.

“Talenta kami terlibat langsung dalam proyek nyata dari migrasi SAP, modernisasi aplikasi perbankan, hingga implementasi AI di perusahaan besar. Pengalaman seperti ini yang membuat lulusan Indonesia menjadi kompetitif di level regional,” jelas Budhi.

Kebutuhan tahunan akan talenta digital di Indonesia sendiri diperkirakan mencapai 453.000 hingga 600.000 orang hingga tahun 2030. Angka ini sejalan dengan target Pemerintah untuk memiliki 9 juta talenta digital pada tahun 2030, yang hingga kini masih menghadapi kekurangan sekitar 450 ribu hingga 500 ribu profesional per tahun. Kehadiran Premier Partner lokal membantu menutup sebagian gap ini, karena memberikan akses yang lebih cepat ke program pelatihan, sertifikasi, dan proyek enterprise yang relevan dengan kebutuhan industri di Indonesia.

Skala pasar yang besar menjadi faktor penguat dibalik kebutuhan ini. Pasar managed services pada 2025 diperkirakan mencapai US$340–364 juta, sementara pasar cloud mencapai sekitar US$2,46 miliar. Nilai ekonomi digital Indonesia mencapai US$90 miliar pada 2024, dan diproyeksikan akan melampaui US$110 miliar pada 2025, tertinggi di Asia Tenggara.

Dengan potensi pasar yang masif ini, kapabilitas lokal Premier Tier memungkinkan pengalihan signifikan dari total belanja konsultasi cloud yang sebelumnya dikuasai pihak asing, sehingga mendongkrak sirkulasi ekonomi digital di dalam negeri. Dengan pertumbuhan yang stabil, adopsi cloud yang semakin luas, dan ketersediaan tenaga ahli lokal yang terus meningkat, Indonesia berada di jalur untuk menjadi pasar layanan cloud terbesar di kawasan Asia dalam beberapa tahun ke depan.

Kehadiran AWS Jakarta Region yang kini diperkuat oleh Premier Partner lokal menempatkan Indonesia pada posisi tawar yang lebih kuat untuk menarik investasi digital global. Banyak perusahaan multinasional mensyaratkan local cloud partner with global certification sebelum membuka hub regional, kriteria yang kini dipenuhi ICS Compute.

“Ini milestone, bukan garis akhir,” tutup Budhi. “Target kami, dalam dua sampai tiga tahun ke depan, ketika orang berbicara tentang cloud excellence di Asia Tenggara, Indonesia bisa berdiri sejajar dengan Singapura. Kami percaya itu sangat mungkin terjadi,” tutup Budhi. (*)

Pos terkait