Dirut Bank Mandiri Blusukan ke Warung Warung

Dirit Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin di sebuah warung di Jakarta

Jakarta -Newshanter.com.PT Bank Mandiri Tbk tengah gencar mendorong masyarakat menabung dengan teknologi telepon genggam (handphone/HP). Direktur Utama Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin, turun langsung ke masyarakat.

Hari ini, Budi berkeliling ke daerah Plumpang, untuk melihat perkembangan agen Lembaga Keuangan Digital (LKD). Agen ini jadi pengganti kantor cabang bank. Jadi masyarakat bisa menabung lewat agen ini dengan sarana HP.

Di sebuah kios milik Harijanto yang bertugas sebagai agen LKD Bank Mandiri, Budi menjelaskan soal manfaat LKD kepada sekitar 20 warga yang hadir.

Usai ke agen tersebut, Budi bekeliling memantau 2 toko kelontong yang sudah mempraktikkan belanja dengan e-cash, yaitu pembayaran lewat HP. Jadi dengan melakukan sms menggunakan kode tertentu, transaksi jual-beli bisa dilakukan.

Bahkan Budi mempraktikkan caranya dengan menjadi pelayan di toko kelontong tersebut.

“Saat ini jumlah agen LKD Bank Mandiri mencapai 391 agen dan ditargetkan akan menjadi 9.000 an agen pada akhir 2015,” jelas Budi, Jumat (20/2/2015).

LKD ini, jelas dia, merupakan layanan yang menggantikan fungsi kantor bank dalam industri perbankan konvensional. Lewat cara ini, diharapkan masyarakat lebih mudah dalam memperoleh layanan keuangan

LKD ini menawarkan berbagai layanan yang diberikan bank, namun dengan format yang jauh lebih sederhana. Bentuknya pun tidak kaku, hanya sebuah toko yang difungsikan sebagai pengganti kantor cabang.

“Kalau masyarakat umumnya sungkan ke bank karena harus berpakaian rapih dan sebagainya. Kalau dengan LKD ini, orang datang sarungan (hanya mengenakan sarung), pakai sandal jepit, sudah bisa datang. Nggak sungkan mereka, karena seperti belanja ke warung saja,” tuturnya.

Selain format yang lebih dekat dengan masyarakat, layanan ini dilengkapi dengan aplikasi Mandiri e-cash yang semakin memudahkan masyarakat dalam menggunakan layanan perbankan. Pada aplikasi ini, nomor telepon seluler masyarakat menjadi nomor rekening.‎

Lewat LKD dan Mandiri e-cash, masyarakat bisa merasakan kemudahan layanan layaknya layanan keuangan yang diberikan Bank.

Agen LKD dapat melayani transaksi-transaksi dasar keuangan seperti pembukaan rekening uang elektronik, setor tunai dan tarik tunai selain membantu dalam memberikan edukasi ke masyarakat.

Sementara untuk transaksi non-tunai seperti transfer uang ke nomor HP, beli pulsa HP atau token listrik dapat dilakukan sendiri oleh pemilik rekening melalui handphone. Transaksi-transaksi tersebut relatif aman karena adanya PIN (Personal Identification Number).

“Dari mulai menabung, tranfer dana, tarik tunai, membeli pulsa selular, pulsa listrik dan sebagainya,” papar dia.

Dalam kesempatan tersebut, ia juga mengaku bahwa penguatan layanan mandiri e-cash juga dapat mendukung upaya untuk mendidik masyarakat agar dapat mengelola keuangan dengan lebih bijak dan efisien sehingga, masyarakat dapat memperbaiki tingkat ekonomi di masa datang.

“Penggunaan layanan keuangan digital dapat membiasakan masyarakat menabung dan mengelola uang dengan baik, hal ini tentu dapat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan setiap warga negara dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia,‎” tegas dia.

Saat ini, jumlah pengguna LKD Mandiri e-cash, termasuk pengguna mandiri e-cash untuk penerima bantuan pemerintah, sebanyak lebih dari 1 juta nasabah.

Dengan langkah ini, diharapkan Indonesia bisa mengejar ketertinggalannya dari negara lain dalam hal layanan keuangan kepada masyarakat.

Berdasarkan data Global Financial Inclusion Index 2012 dari World Bank, baru sekitar 20% dari penduduk Indonesia yang berusia di atas 15 tahun, menikmati akses jasa keuangan, sementara jika dibandingkan dengan negara lain seperti Tiongkok dan India masing-masing telah mencapai 64% dan 35%.

Rendahnya layanan keuangan di Indonesia tercermin dari jumlah rekening bank per 1.000 penduduk usia dewasa di Indonesia yang baru mencapai 505. Sementara di Malaysia dan Thailand mencapai 2.063 dan 1.449.

Hal yang sama juga tercermin dari rekening kredit per 1.000 penduduk usia dewasa yang baru mencapai 197 di Indonesia, sementara di Malaysia 964 dan di Thailand 272.‎(DTC)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *