Jakarta,Newshanter.Com-Keluarga Besar Agoes Djamil, Hakam Hakim, Rangkai, asal BUkitinggi Sumatera Barat (Sumbar) Mi

nggu (16/08.2015) adakan Hall Bi Halal dan Peluncuran buku Biografi Prof dr Azwar Agoes DaFK,Sp.FK.di Restoran Grand Sentral Jalan Bukungan Raya No 22 Blok M, Jakarta Selatan.
Menurut Erry Pria Putra Agoes SH MH, putra dari Alm Prof dr Azwar Agoes, yang sehari harinya bertugas sebagai Koordinator Datun di Kejaksaan Agung RI Jakarta, kepada Newshanter.com. Halal Bi Halal ini akan dihadiri keluarga Agoes Djamil, Hakam Hakim, Rangkai yang bermukim di berbagai kota seperti di Jakarta, Palembang, Jokyakarta dan kota lainnya. Juga undangan lainnya.
Tujuan dari acara ini selain bersilahturahmi juga untuk peluncuran buku Biografi ayah saya Prof dr Azwar Agoes, beliau selain seorang dokter diplomat juga tokoh masyarakat minang di Palembang.
Siapa Azwar Agoes
Menurut azwaragoes.Bogspot.com,-
Prof dr Azwar Agoes, akrap di panggil dr Azwar Agoes yang dikenal umum, semasa hidupnya lebih banyak tinggal di Palembang, ia dilahirkan tanggal 18 Oktober 1935 di Bengkawas, sebuah kampung, 3.5 km di luar kota Bukittinggi. Orang tuanya yaitu Agoes St Palimo dan ibunya Sjamsidar binti Hakam berasal dari keluarga biasa. Sang ayah seorang pedagang kecil namun berfikiran maju. Anak lakinya yang tertua ini harus “jadi orang” dan karenanya perlu pendidikan. Dia harus punya masa depan yang lebih baik dari diri ayahnya dan menjadi penerus pelindung keluarga.
Tahun 1942 ketika Azwar berumur 7 tahun, ia diterima di HIS, tapi hanya 3 bulan karena Jepang keburu masuk dan sekolah ini berganti nama menjadi Sekolah Rakyat (SR). Tahun 1947 ketika duduk di kelas 1 SMP Negeri I, tentara Belanda yang dikenal sebagai NICA, melakukan aksi polisionil yang ke dua dan menduduki Bukittinggi. Sekolah terputus. Selanjutnya mengikuti orang tua yang mengungsi ke pedalaman, masuk SMP Darurat dan kembali masuk kota tahun 1949 duduk dikelas II.
Penguasaan bahasa Inggris diperolehnya secara otodidak dengan membaca koran/ majalah bekas yang dijual kiloan di belakang pasar Bukittinggi. Setiap pagi harus hafal 10 kata-kata baru dimana arti dan ejaannya diperdapat dari kamus Purwadarminta. Mamandanya Jalinus (di Kuala Lumpur) membelikan “pocket book” dikirim per pos dan ayahanda membawakan oleh-oleh majalah Amerika “Saturday Evening Post” kalau pulang berdagang dari Singapura.
Tahun 1954 menamatkan SMA bagian B dan karena Sekolah Kedokteran di Bukittinggi masih bersifat swasta, dia memilih pendidikan yang “republiken” di Yogya. Alasan tidak masuk FKUI karena antipati pada NICA dan tidak dapat berbahasa Belanda. Tahun 1963 awal Januari lulus sebagai dokter yang ke 167 dari UGM.
Pendidikan agama diperdapat dari kedua orang tua dan semua orang-orang yang berada di lingkungannya. Pertama belajar membaca buku Alifbata dari Emak Syamsidar. Selanjutnya dititipkan pada Inyik Kari di Kapas Panji, sampai tamat Alquran dan dibimbing untuk mengikuti pertandingan-pertandingan membaca kitab suci ini dari kampung ke kampung pada setiap bulan Ramadhan. Pernah dapat Juara ke 2 dengan hadiah kain panjang, yang berakhir menjadi bedung pertama dari anaknya yang tertua. Pada MTQ yang juga diadakan antara PPI Mesir dan Home Staf, tahun 1986, juga dapat nomor dua.
Tahun 1957, sebelum lulus doctorandus medicinae, Azwar yang masih mahasiswa, selama 1.5 tahun bekerja sebagai asisten mahasiswa di bagian Fisiologi dibawah pimpinan Drs Ahmad Muhammad. Di bagian ini pertama kali tampil membacakan makalah pada Pertemuan Anatomi-Fisiologi Nasional (1958). Dua tahun kemudian, sesuai ketentuan yang berlaku, setelah mencapai tingkat Drs (Doctorandus Medicinae), dia diminta mengundurkan diri, dengan alasan kepangkatan itu harus diisi oleh tenaga tetap dan bagian Fisiologi sudah tertutup untuk tenaga baru.
Tahun 1961 diterima sebagai asisten Farmakologi FK UGM di bawah pimpinan Prof Sardjito dan Dr RH Joedono. Perhatiannya pada pengobatan tradisional dimulai ketika Prof Sardjito melibatkannya dalam penelitan “Pengaruh perasan daun Kejibeling pada Batu Ginjal”. Pada tahun ini juga untuk pertama kalinya di Indonesia diadakan pertemuan farmakologi di Jakarta, “Teaching & Research ini Pharmacology” yang disponsori WHO dan dia termasuk delegasi dari UGM disamping utusan UI, UNPAD, UNAIR dan FKH Bogor. Negara-negara lain yang hadir a.l. utusan India, Burma dan Thailand.
Tahun 1962, tepatnya tgl. 30 Agustus, Azwar menikah dengan Rd Komala Prawira, Garut, seorang bidan yang belajar di RS Gadjah Mada Yogyakarta. Pada waktu ini telah dikarunia anak 7 orang (4 pria, 3 putri) dan 20 cucu.
Setelah lulus dokter (3 Januari 1963) pindah ke Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya yang baru diresmikan tgl. 1 Oktober 1962. Presiden Universitas Drg M.Isa merangkap sebagai Pejabat Sementara (Pjs) Dekan. Tenaga dosen sangat terbatas dan kepada Azwar dipercayakan membangun bagian-bagian dasar yang diperlukan, a.l. Fisiologi dan Biokimia (1964), sekaligus menjadi pejabat Kepala Bagian untuk keduanya. Tahun berikutnya, membentuk bagian “Patologi Klinik” merangkap ketua bagian. Pada tahun yang sama, disamping jabatan struktural Pembantu Dekan II, juga ditunjuk sebagai Pembantu Rektor II Universitas Sriwijaya (1964-66). Antara tahun 1966 sampai 1970 ditunjuk sebagai Kepala Perpustakaan FK Unsri merangkap Kepala Poliklinik Unsri.
Dibawah Rektor baru, Prof Drs H.Djuaini Mukti MA, tahun 1975 ditunjuk untuk jabatan Pelaksana Harian Dekan Fakultas Kedokteran, dan setelah pemilihan Dekan, tahun 1978 menjabat Sekretaris FK. Tahun 1979 sampai 1981 terpilih sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Unsri.
Sebelum meninggalkan Bagian Farmakologi UGM, Prof DR Sardjito berkenan memberikan surat keterangan keahlian farmakologi (1961). Keahlian tersebut dikukuhkan oleh IKAFI tahun 1975 dan Majelis Dokter Ahli IDI memberikan Sertifikat “Ahli Farmakologi” atau DAFK.(Dokter Ahli Farmakologi Kedokteran) tahun 1976.
Dalam bidang organisasi farmakologi, pernah menduduki jabatan Ketua III Ikatan Ahli Farmakologi Indonesia (IKAFI) Tahun 1974-1977.
Aktivitas farmakologi internasional a.l. tahun 1976 mengikuti “The Advance Course on Prostaglandin” pada International School of Pharmacology, di kota Erice, Sicilia, Itali. Mengikuti dan memberikan presentasi kertas kerja pada pelbagai Kongres a.l. “The 6th IUPHAR Congress. Helsinki” (1974), “The 7th IUPHAR Paris” (1977), “Japanese Pharmacological Conference”, Tokyo (1976), “Malaysian Pharmacological Conference”, Kuala Lumpur (1981), “International Islamic Medical Conference”, Kuwait (1981), “SEA-WP Pharmacologist Conference”, Singapore (1978), “Mind Made Disease Conference”, Brisbane (1982), “International Cancer Conference”, Manila (1978), “International Birth Defects Conference” Montreal (1978), “International Conference on Gestosis”, Basel (1978) dan puluhan pertemuan Nasional di dalam negeri.
Keanggotaan organisasi Internasional a.l. “American Society of Clinical Pharmacology”, “International Union of Tuberculosis”, “International Union of Gestosis”, “International Society of Chemotherapy” dll.
Dari penelitian dan tulisan-tulisannya yang tersebar dalam perbagai media kedokteran a.l. “Majalah Kedokteran Indonesia”, “Medika”, “Majalah Kedokteran Gadjah Mada”, “Majalah Kedokteran Sriwijaya”, “Medical Progress”, “Curare”, dll. , perhatiannya tertuju pada farmakologi klinik, geriatri dan pengobatan tradisional. Tema inilah yang diangkat dalam pidato pengukuhan guru besar tahun 1990. Prof Agoes pernah duduk dalam Redaksi “The Journal of Chemotherapeutics” (Jerman) “Medika” (Jakarta), “Majalah Kedokteran Sriwijaya” (Palembang) dan mengelola ruang tanya jawab Pengobatan Tradisional pada harian “Sumatera Ekspres” (2000- sekarang)
Sesuai dengan perencanaan bagian, tahun 1993 dibentuk sub-bagian Farmakologi Klinik. Tahun 1995 Prof Agoes dikukuhkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Dokter Spesialis Farmakologi Klinik bersama kl 70 ahli farmakologi lainnya. Sub Bagian ini sampai sekarang masih tetap dibawah pimpinannya.
Dalam kaitan dengan pemikiran pengembangan obat tradisional Indonesia, dibuktikannya dengan makalah “Preliminary Report: Traditional Medicine of Kubu, An Isolated Tribesmen of South Sumatera”, yang dibawakannya pada Kongres IUPHAR Helsinki (1974). Obsesinya, pada suatu saat akan berdiri “Institut Pengobatan Tradisional Indonesia”, lengkap dengan lembaga pendidikan, penelitian dan pengabdiannya. Tanpa badan ini, kemajuan dan pengilmiahan obat dan cara pengobatan tradisional Indonesia tidak mungkin, walaupun telah digariskan dalam GBHN tahun 1988, dan setiap lima tahun sesudahnya. Hal ini ditekankannya pada interviu satu halaman penuh harian Suara Pembaruan tahun 1996.
Tahun 1989 diangkat sebagai Ketua “Kelompok Kajian Pengobatan Tradisional Indonesia” Fakultas Kedokteran Unsri. Tahun 1993 menjadi anggota “Penyusunan Naskah Akademis Perundangan tentang Obat Tradisional” Departemen Kehakiman RI. Tahun 1995 dipilih sebagai pengurus “Perhimpunan Hukum Kedokteran Indonesia”, Sumatera Selatan. Tahun 1997 Menteri Kesehatan mengangkatnya sebagai Ketua Sentra P3T (Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional) Sumatera Selatan yang diharapkannya menjadi embrio dari Institut yang dicita-citakannya itu.
Di bidang budaya, terutama tulis menulis baik cerita pendek, laporan perjalanan sampai kesehatan telah dirintisnya sejak 1951 di kelas satu SMA. Bakat ini sangat berguna pada awal-awal kehidupan rumah tangganya, yang memanfaatkan honor dari Majalah-majalah Selekta, Roman, Mesra, Siasat, Keluarga dsbnya, yang memuat hasil karya tersebut. Jumlahnya tidak kurang dari 80 tulisan antara 1956-1961.
Karir kedokteran diselingi dengan karir politik luar negeri yaitu menjabat “Atase Pendidikan dan Kebudayaan” di Kedutaan Besar RI Cairo antara 1984-1988. Pengangkatan ini setelah mengikuti tiga bulan pendidikan dan ujian yang diadakan Mendikbud ( Prof Nugroho). Dari 130 calon seluruh Indonesia, Azwar terpilih untuk Kedutaan RI di Cairo (Mesir), disamping beberapa Atdikbud lain untuk Washington, Tokyo, London, Paris, Kuala Lumpur, Manila, Port Morsby, Singapura, Bangkok, dan Australia.
Selama 4 tahun di luar lingkungan Universitas, Azwar telah berbuat banyak untuk kemajuan pendidikan mahasiswa dan pelajar Indonesia di Mesir dan Sudan. Diantaranya memacu mahasiswa belajar melalui pembatasan 2 tahun berlakunya paspor (tidak dapat diperpanjang), meningkatkan jumlah beasiswa dari Al Azhar dan sumber lainnya, mensponsori aktivitas seminar dan dialog antar mahasiswa baik sesamanya ataupun dengan para home staf. Untuk warga Mesir diadakan pengajaran bahasa Indonesia, kursus pencak silat yang diadakan di Wisma Indonesia, kantor kebudayaan pertama yang diresmikan Duta Besar Barkah Tirtadidjaja (waktu itu: 1985) di benua Afrika.
Untuk administrasi pendidikan dan kebudayaan Azwar juga memperkenalkan komputerisasi yang digunakan untuk pendataan mahasiswa dan pelajar di kantor Kedutaan tersebut. Beberapa kali pameran budaya diadakan baik untuk umum maupun dikalangan universitas seperti American University, Universitas Cairo, Universitas Alexandria dan di Khartoum. Untuk memudahkan koordinasi dengan pelajar Indonesia di Cairo, pemerintah RI untuk pertama kalinya meresmikan asrama mahasiswa dan mahasiswi dengan jalan sewa apartemen dan membentuk organisasi mahasiswa baru (PPI) dengan AD/ART yang berazaskan Pancasila tahun 1987
Setelah kembali di tanah air, Azwar pernah mencalonkan diri untuk menjadi bakal calon gubernur Sumatera Selatan (1995) dan bakal calon gubernur Sumatera Barat (1997). Kedua pencalonan ini tidak berhasil mencapai putaran final karena “aturan main” yang diluar dari jangkauan dan asumsi semula.
Selanjutnya terus berkiprah diluar tugas belajar-mengajar yaitu menggairahkan penelitian dan pelayanan. Kerjasama dengan Kanwil Depkes, Dharma Wanita Propinsi Sumsel dsbnya, membawakannya berupa kertas-kerja dan bimbingan pelbagai penataran. Tahun 1993 untuk 1 tahun bertugas sebagai Konsultan CBD BKKBN Sumatera Selatan dan tahun 1999 sebagai konsultan Asuransi Kesehatan (ASKES) Propinsi Sumatera Selatan.
Disamping kl. 100 karya ilmiah (published / unpublished), Prof Agoes baik secara sendiri maupun bersama kolega lain telah menerbitkan 8 buku yaitu: (1)”Kapita Selekta Farmakologi” (1984), (2)”Antropologi Kesehatan Indonesia:Pengobatan Tradisional (1993), (3)”Catatan Kuliah Farmakologi I” (1992), (4)”Catatan Kuliah Farmakologi II” (1993), (5)”Catatan Kuliah Farmakologi III” (1993), (6)Terjemahan Katzung “Buku Bantu Farmakologi” (1994), (7)Terjemahan Katzung Farmakologi Dasar dan Klinik, Ed.-VI (1997) dan (8)“Farmakologi: Ulasan Bergambar” (2000)
Pada waktu ini, Azwar mencurahkan perhatian pada bidang farmakologi narkotika, terutama Ecstasy, disamping pengobatan tradisional dan geriatri. Dia sangat prihatin dengan masa depan generasi muda yang mudah terlibat dengan ketergantungan obat sehingga mempunyai niat untuk membentuk LSM dengan nama “Lembaga Penanggulangan Ketergantungan Obat” yang didukung oleh pihak swasta. Ayahanda Agoes St Palimo meninggal tahun 1974.
Sepeninggal ayahnya prof AZwar mendapat tugas pembimbingan adik-adiknya. HIngga g keluarga besar Agoes terdiri dari para sarjana yaitu Dra Nuziar Agoes (Apt.) dengan Suami Ir D.Fachruddin, almarhum Dra Marnizar Agoes (IKIP) dengan suami Nizar Chan SE, Dr Erwina Agoes dengan suami Dr Hanafza Hakikat (Kardiolog), Dr Achdiat Agoes (Neurolog), Drs Azimal Agoes (Adm.Neg), Dr Masnelly Agoes dengan suami almarhum Dr Amri Maas (Ahli Bedah Plastik) dan Dr Arizal Agoes (Urolog).
Peran dalam bidang olah raga a.l. Ketua dan Pendiri Jujitsu Klub Palembang (1965), Pendiri (bersama Sensei Idrus Gangsa, alm.) dan terpilih sebagai Ketua Forki Palembang (Federasi Karate Indonesia), ikut membangun PJSI (Persatuan Pencak Silat Indonesia). Sampai saat ini, Agoes selalu menyempatkan jalan kaki 1-1.5 km setiap pagi, kecuali waktu sakit atau hujan. Setelah 20 tahun (1970-1990) aktifitas olah raga golf di “Palembang Golf Club terpaksa dihentikan karena factor umur dan suasana permainan yang sudah mengarah kepada taruhan judi.
Diantara keluarga masyarakat Minang Prof Agoes tidak asing lagi. Dia ikut membidani terbentuknya BMKM (Badan Musyawarah Keluarga Minang) yang didirikan tahun 1967. Pernah menjabat Ketua Umum dua kali, yaitu tahun 1977-1984 dan 1994-2000. Sejak 1967 s/d 1978 sering mengisi ruangan ceramah kesehatan berbasiskan agama di pelbagai mesjid kota Palembang, khususnya mesjid Muhammadiah, selama bulan Ramadhan. Tahun 1981, mengadakan umroh pertama dan tahun 1983 melaksanakan ibadah haji pertama diikuti untuk yang kedua (1994) dan ketiga (2004). Selama 4 tahun dinas sebagai Atdikbud Cairo, tidak kurang 13 kali melakukan umroh sendiri atau bersama keluarga.
Keberhasilan Prof Agoes di bidang ekonomi a.l. mendirikan “Klinik Dr A.Agoes” (KBA) tahun 1967 dan tahun 1994 membangun komplek perumahan “Taman Sapta Indah” (dengan 57 rumah). Ketika berada di Cairo, anak-anak meneruskan pendidikan di Jerman. Pada waktu ini sebagian telah mandiri seperti Erryl P.Agoes SH menjabat Asisten Jaksa Tinggi Perdata dan Tata Usaha Negara di Mataram (NTB) , Ezrin S.Agoes Dipl Ing. bekerja di Satelindo, Edward Agoes diserahi tugas sebagai Direktur komplek perumahan “Taman Sapta Indah”. Putri-putrinya: Ernil, Elvia dan Elizabeth ikut dengan suami masing-masing. Ernaldi, putra bungsu masih dalam pendidikan Akutansi pada FE UIBA. Usaha terbaru yang digeluti anak menantu ini adalah peternakan ayam pedaging (20.000 ekor) di Payakabung dan Desa Rambutan (10.000 ekor).
Koperasi Herba Alam Sejahtera, didirikan tahun 1999, dengan anggota kelompok penjual jamu gendong di kodya Palembang. Unit usaha terakhir yang dikembangkan adalah Unit Peternakan Ulat Sutera di Muara Dua OKU.
Prof Azwar telah mendapatkan Piagam “Peneliti Geriatri Tingkat Nasional” (1996) dan “Satya Lencana Prasetya Tk I” (2000), dan “Piagam Pengabdian 30, 35 dan 40 Tahun” dari Universitas Sriwijaya.
Bulai Mei 2003, bersama Prof Dr Kemal Rumawi, membentuk “Komite Nasional Pengobatan Tradisional, Komplementer dan Alternatif” dan menjabat sebagai Ketua Harian. Selanjutnya, sejak awal Nopember 2003, Prof Azwar Agoes diangkat sebagai Sekretaris Tim Ahli Penilai Obat Bahan dari Alam, Badan POM Jakarta.Tahun yang sama, bersama Sarjan Thaher, ikut mempelopori pembentukan dan sosialisasi Partai Demokrat di Palembang.
Prof dr Azwar Agoes, DAFK Sutan Alamsyah, meninggal Sabtu 30 Oktobet 2010, di RS Charitas Palembang, di makan kan di TPU Puncak Sekuning Palembang,Almarhum Azwar Agoes meninggalkan seorang istri Hj Raden Komala Prawira, tujuh anak serta 17 cucu.Almarhuma di Palembang tinggal di Jaksa Agung Surapto Bukit Besar Palembang,(zainal Piliang/NHO).






