SOLOK.Newshanter.com — Hujan deras yang mengguyur Kab. Solok, Kamis (31/03/2016) malam lalu membuat sejumlah wilayah di Nagari Koto Sani kec. X Koto Singkarak terkena luapan air bah yang berasal dari bukit kemuning yang berada di pinggir Nagari itu. Luapan air bah yang disertai material lumpur dan batu itu praktis membuat, sejumlah rumah masyarakat tertutup material lumpur sedalam mata kaki.
Dari informasi yang dihimpun Haluan di lokasi kejadian menyebutkan, kondisi ini diperparah oleh saluran irigasi yang melintasi daerah itu tak mampu lagi menampung datangnya air bah akibat saluran dan gorong-gorong yang ada tertutup
material batu yang dibawa oleh arus air. Setidaknya ada tiga jorong yang terkena luapan air bah ini. Yaitu Jorong Limo Niniek, Jorong Kasiek, Jorong Padang Belimbing sementara Jorong Ujung Ladang saat ini masih terisolasi karena jalan yang menghubungkan ke jorong tersebut tertimbun longsor. Setidaknya ada 15 titik longsor menuju jorong tersebut.
“ Setidaknya, ada sekitar 1600 jiwa yang tinggal di Jorong Ujung Ladang, yang kini masih terisolasi,” jelas Camat X Koto Singkarak, Irwan Effendi kepada Haluan, Jum’at (01/0402016).
Disebutkannya, dari data sementara yang diterimanya di posko darurat bencana, untuk jorong Limo Ninik ada sekitar 212 rumah yang terdiri dari 979 jiwa dan 247 KK terkena timbunan material banjir bandang serta longsor di 5 titik. Kondisi ini juga mengakibatkan sekitar 17 hektar sawah pertanian juga ikut terendam material banjir bandang.
Sementara untuk Jorong Kasiak, ada sebanyak 92 Rumah yang dihuni oleh sebanyak 454 Jiwa dan 108 KK dan 9 titik longsor serta 32 hektar sawah terendam dan tertimbun material.” Meski tak ada korban jiwa, namun saat ini kita belum bisa menghitung berapa kerugian yang alami akibat musibah ini,” kata Irwan.
Sementara terkait Jorong Ujung Ladang, masyarakat bersama pemerintah nagari, camat, Polsek, BPBD dan Kodim 0309 Solok masih berusaha membersihkan material longsor dengan menggunakan peralatan seadanya.
“Kita saat ini butuh alat berat untuk memindahakan material longsor dan membuka akses jalan menuju daerah itu. Karena kalau hanya mengandalkan tenaga manusia sangat terbatas,” tambah Irwan.
Irwan menyebutkan, bencana alam yang terjadi yang diawali sekitar pukul 23.30 WIB malam itu, praktis membuat warga tak mampu berbuat banyak, karena selain hujan turun cukup deras. PLN juga memadamkan aliran listrik ke daerah itu, karena kabel instalasi listrik yang ada di daerah itu tertimpa oleh pohon tumbang di beberapa tempat.
“Banyak warga yang belum tidur sejak semalam, karena was-was akan bencana yang lebih besar. Kondisi malam yang gelap gulita membuat warga juga tak mampu berbuat banyak,” ungkapnya.
Walinagari Sumani, Deswandi menambahkan, banjir bandang juga merendam 51 hektar lahan sawah produktif dan satu unit sepeda motor. “Lahan sawah warga yang terkena bencana banjir itu di antaranya 17 HA, di Jorong Limo Niniek,32 HA di Jorong dan 2 HA di Jorong Padang Belimbiang,”ujar Deswandi.
Lebih jauh ia mengatakan,air memangtelah surut,tetapi meninggalkan lumpur bercampur batu dan kayu. Saat ini petugas BPBD Kabupaten Solok,jajaran Polres Solok,Kota, TNI, dan masyarakat, bahu membahu membersikan lumpur yang masih tersisa di rumah warga.
Sementara itu, tokoh masyarakat Koto Sani H. Syafri Dt Siri Marajo memastikan, puncak bencana banjir bandang yang terjadi sekira pukul 00.30 Wib ditengarai berasal dari bukit Kemuning yang mengeluarkan air bah. Bukit yang sebelumnya mengalami retak dengan kedalaman hampir mencapai 30 meter, tidak kuasa menampung curahan hujan yang begitu lebat sepanjang kamis malam hingga jum’at dini hari. “ Sekitar pukul setengah satu dinihari, aliran air dari Bukit Kemuning yang mengalir ke banda (kali) nagari menjadi meluap,” ujar mantan ketua DPRD Kab. Solok ini.
Bahkan kata Syafri, yang akrab disapa Angku Datuk ini, bencana ini merupakan yang terparah melanda kampung halamannya sejak 60 tahun silam. Jalan-jalan yang biasanya menjadi jalur lintas kendaraan masyarakat, kini berubah menjadi aliran air bercampur lumpur, batu dan potongan kayu yang menganak sungai. “ Selama hidung di tampuah angok (sejak saya hidup-red) inilah bencana terparah yang melanda daerah ini,” beber Ketua LKAAM Kab. Solok ini (*)
Sumber:Haluan