ANALISIS DETERMINAN KARIES GIGI PADA ANAK SD NEGERI 24 MARIANA KABUPATEN BANYUASIN I

  • Whatsapp
Mujiyati, SE, M.Si. Dosen Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Kesehatan Gigi.

Penulis : Mujiyati, SE, M.Si.

Dosen Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Kesehatan Gigi

 

Kesehatan mulut penting bagi kesehatan dan kesejahteraan tubuh secara umum dan sangat mempengaruhi kualitas kehidupan, termasuk fungsi bicara, pengunyahan, dan rasa percaya diri. Di Indonesia, penyakit gigi dan mulut terutama  karies dan penyakit periodontal, masih banyak diderita, baik oleh anak-anak maupun usia dewasa. Sebagian besar  masalah kesehatan gigi dan mulut sebenarnya dapat dicegah. Kesehatan mulut tidak sepenuhnya  bergantung  pada perilaku seseorang. Banyak cara untuk  mengurangi dan mencegah penyakit gigi dan mulut dengan berbagai pendekatan yang meliputi pencegahan yang dimulai pada masyarakat, perawatan oleh diri sendiri, dan perawatan oleh tenaga professional.

Ria Koesoewati dalam Prociding Webinar Nasional, mengatakan bahwa berdasarkan data Infodatin gigi (2018), perilaku menyikat gigi berdasarkan kelompok umur mayoritas penduduk Indonesia (94,7%) sudah memilik perilaku menyikat gigi, namun 2,8% nya, menyikat gigi di waktu yang tepat, yaitu minimal 2 kali sehari sesudah makan dan sebelum tidur malam. Pusdatin Kemkes, (2019) menyatakan semakin tinggi tingkat pendidikan semakin baik perilaku menyikat gigi (99,2%), dengan waktu menyikat gigi yang benar hanya 6,2%. Faktor inilah yang menyebabkan mengapa hasil Riskesdas (2018) menyatakan karies gigi  45,3% dan gusi bengkak keluar abces 14% (Pusdatin Kemkes,2019).

Mengidentifikasi responden yang mempunyai masalah dengan gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir, dan menentukan apakah mereka menerima perawatan yang tepat sesuai dengan masalah yang dihadapi. Gigi yang rusak, berlubang atau cenderung menyebabkan sakit adalah rongga pada gigi yang rusak secara permanen di wilayah permukaan keras gigi yang berkembang mulai dari lubang kecil sampai menjadi lubang yang merusak gigi. Pengertian gigi berlubang, biasa juga disebut masalah gigi berlubang karena kerusakan gigi atau karies gigi, dimana hal tersebut disebabkan oleh kombinasi dari berbagai faktor

Menurut Kumala mengatakan bahwa karies gigi merupakan salah satu gangguan kesehatan gigi dan mulut. Karies gigi terjadi akibat adanya kerusakan jaringan keras gigi yang meliputi enamel, dentin, dan sementum. Proses kerusakan gigi ini dimulai adanya proses demineralisasi, yang dikuti kerusakan zat organic sehingga terhadi perkembangan bakteri. Bakteri masuk ke dalam jaringan gigi melalui lapisan dentin  hingga  ke bagian pulpa.

Kebersihan gigi dan mulut yang buruk dapat mengakibatkan berbagai masalah seperti karies dan penyakit periodontal. Data Riskesdas (2013) menyatakan angka  permasalahan gigi dan mulut di Indonesia mencapai 25,9% atau mengalami peningkatan 2,5% dari data Riskesdas (2007). Hal ini bahwa terjadi peningkatan prevalensi karies yang cukup tinggi pada Masyarakat Indonesia, terutama pada anak yang sangat rentan karena masih memerlukan bantuan atau pengawasan orang tua dalam menjaga kebersihan gigi dan mulutnya.

Pendapat Tjahyadi dan Andini (2011) dalam Faihatul Mukhbitin  bahwa karies terjadi karena beberapa hal, yaitu kurang menjaga kebersihan mulut dan gigi, cara menggosok gigi dan penggunaan pasta gigi yang belum tepat serta kebiasaan waktu menggosok gigi yang belum sesuai dengan yang disarankan. Hasil penelitian Faihatul Mukhbitin menyatakan bahwa Peran aktif orang tua, terutama ibu terkait perilaku menggosok gigi anak dimulai dari membimbing anak untuk menggosok gigi serta pemberian pemahaman pada anak anak. Apabila anak tidak mendapatkan pengajaran  dan panutan yang benar dari orang tua mengenai cara menggosok gigi, maka perilaku tersebut akan dapat meningkatkan kejadian karies gigi pada anak.

Menyikat gigi setelah sarapan dan sebelum tidur merupakan satu upaya preventif terjadinya lubang gigi. Menggosok gigi sebelum tidur berguna  untuk menahan perkembangbiakan bakteri dalam mulut karena keadaan tidur tidak diproduksi oleh ludah yang berfungsi membersihkan  gigi dan mulut secara alami. Menyikat gigi yang tepat membutuhkan waktu minimal dua menit, apabila menyikat gigi terlalu cepat tidak akan efektif membersihkan plak. Menyikat gigi lebih lama baik karena kontak pasta dengan fluor lebih berkontak dengan gigi.

Menurut American Psychological Association, status sosial ekonomi berkaitan dengan pendapatan, pendidikan dan pekerjaan seseorang. Dalam hal ini, pendapatan dan pekerjaan orangtua mempunyai pengaruh langsung dalam memenuhi kebutuhan perawatan gigi anak serta pendidikan orang tua yang baik dapat membuat perilaku yang baik juga mengenai kesehatan gigi dan mulut.

Menurut hasil penelitian oleh Susi dkk, seorang anak dari orang tua dengan status sosial ekonominya rendah lebih berisiko mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut yang disebabkan oleh ketidakmampuan orang tua untuk memenuhi kebutuhan perawatan gigi anak sehingga orang tua mengabaikan kesehatan gigi dan mulut anaknya. Dengan demikian, jika orang tua mengabaikan kesehatan gigi dan mulut anaknya, maka akan mengakibatkan anak mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut.

Hal ini sejalan dengan penelitian Faihatul Mukhbatin (2018) bahwa peran orang tua terutama ibu dalam membiasakan anak untuk menggosok gigi di waktu malam menjelang tidur dan pagi sesudah sarapan. hal ini dapat mencegah terjadinya karies lebih dini. Hasil penelitian Ningsih (2013) dalam Lidia Septianingsih, dkk (2017) disimpulkan bahwa terdapat kecenderungan peningkatan persentase kejadian karies pada anak dengan kebiasaan menggosok gigi yang salah di banding yang benar, karena  menggosok gigi yang baik dan benar adalah dengan membersihkan seluruh permukaan gigi baik bagian dalam, luar, dan bidang kunyah yang harus disikat dengan gerakan vertikal dengan lembut.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan Chi Square untuk mengalisis determinan karies gigi. Pemilihan responden dengan cara simple random sampling. Prinsip mekanisme teknik acak sederhana. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan, yang diberikan mengacu pada definisi operasional. Penelitian dilakukan di lokasi pada Sekolah Dasar Negeri 24 Mariana Kecamatan Banyuasin I. Populasi 143 anak, sampel ditentukan siswa kelas 1-6, diambil dengan menggunakan rumus besar sampel dan diperoleh adalah 82 anak.

Sumber penelitian menggunakan data primer yakni yang diperoleh melalui pemeriksaan langsung kepada responden dengan menggunakan form DEF-T dan def-t. Selain itu melalui pengisian daftar pertanyaan yang diisi oleh responden. Analisis data adalah proses penyederhanaan dan penyajian data dengan mengelompokkan  dalam suatu bentuk yang mudah dibaca dan diinterprestasikan. Analisis dilakukan dalam dua tahap yaitu: yaitu analisis univariat yang dilakukan untuk menganalisis setiap kategori variable dari hasil penelitian dan analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variable yang bertujuan untuk mencari hubungan antar vairiabel yaitu hubungan  variabel independen dan terhadap variabel dengan uji Chi Square dan analaisis multivariate.

Kesimpulan dalam penelitan ini yakni Determinan karies gigi yang paling dominan pada faktor internal, sub pertanyaan subtrat responden yang menyukai permen, biskuit dan coklat sebanyak 54 (65,9%) yang tidak menyukai 28 (34,1%).  Responden yang berkumur setelah makan permen, biskuit, dan coklat sebanyak 33 (40,2%) dan yang tidak berkumur 49 (59,8%).

Analisis hubungan pendapatan keluarga dengan karies gigi tetap  diperoleh 8 orang (19.5%), dengan pendapatan orang tua rendah yang memiliki karies gigi, sedangkan diantara anak dengan pendapatan keluarga tinggi 13 orang (31,7%).Tidak ada  hubungan faktor  pendapatan orang tua terhadap  karies gigi tetap pada anak Sekolah Dasar (SD)  Negeri 24 Mariana Kabupaten Banyuasin I.

Analisis  hubungan antara faktor  tingkat  pendidikan orang tua terhadap karies gigi tetap diperoleh  sebanyak 2 (12,5%) pendidikan orang tua rendah memiliki keries pada gigi tetap, diantara anak dengan pendidikan orang tua tinggi sebanyak 19 orang (28,8%) yang memiliki karies pada pada gigi tetap. Tidak ada hubungan antara pendidikan orang tua dengan karies gigi tetap pada anak  Sekolah Dasar Negeri 24 Mariana Banyusain I.

Saran peneliti adalah  untuk tim puskesmas setempat agar memberikan penyuluhan tantang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut kepada  orang tua terutama kepada ibu-ibu, agar dengan bertambahnya ilmu pengetahuan orang tua, maka orang tua dapat mengaplikasikannya kepada anak anak, sehingga dapat mengurangi resiko karies pada anak anak.

Penyuluhan yang diberikan oleh pihak Puskesmas setempat, kepada warga terutama ibu-ibu dengan harapan seorang ibu bisa maksimal mengaplikasikan kepada keluarga terutama pada anak-anak. Dengan keterlibatan seorang ibu, maka anak-anak  bisa terjaga kebersihan gigi dan mulutnya.

 

 

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *