Mahfud MD Bongkar Intrik Politik yang Menggagalkan Dirinya Gagal Menjadi Pilpres 2019

 

JAKARTA. Newshanter.com.- Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD akhirnya buka-bukaan menceritakan fakta-fakta rahasia di balik batalnya dia menjadi pendamping Jokowi pada Pilpres 2019.

Mahfud MD secara terbuka membeber intrik politik, hingga Jokowi memutuskan Ketua MUI Maruf Amin sebagai bakal calon wakil presidennya di Indonesian Lawyer Club (ILC) yang disiarkan secara live di satu TV swasta, Selasa (14/8/2018) malam.

Hampir semua narasumber yang hadir baik dari kubu Koalisi Indonesia Kerja pengusung Jokowi Maruf maupun Koalisi Indonesia Bangkit pengusung Prabowo Sandiaga tertegun mendengar pengakuan Mahfud MD.

Dalam ILC yang tajuk,Kejutan Cawapres: Antara Mahar Politik dan PHP, Mahfud secara terbuka menyebut nama Maruf Amin dan Said Aqil Sirajd di balik intrik tersebut.

Intrik muncul saat namanya menguat mendampingi Jokowi.

Tiba-tiba muncul suara-suara dari PBNU yang mengancam akan meninggalkan Jokowi.

Mahfud MD mengungkap ancaman dari NU dilontarkan langsung Ma’ruf Amin, yang akhirnya dipilih Jokowi sebagai bacawapresnya.

Prof Dr KH Ma’ruf Amin lahir di Tangerang, Banten, 11 Maret 1943. Lelaki 75 tahun itu menjabat sebagai Rais ‘Aam Syuriah pada Pengurus Besar Nahdlatul ‘Ulama dan Ketua Majelis Ulama Indonesia, sejak Agustus 2015.

Amin duduk sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden pada masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada 9 Agustus 2018, ia diumumkan sebagai calon Wakil Presiden Indonesia pada pemilihan umum Presiden Indonesia 2019, mendampingi petahana Joko Widodo.

Sempat dibantah oleh Robikin Emhas, kader PBNU, Mahfud MD pun menceritakan secara jelas bahwa pernyataan tersebut memang benar adanya.

“Apa juga haknya, NU itu mengancam-ancam, kalau bukan kader NU, NU akan tidur, NU akan meninggalkan pemerintah.

Ada pada Rabu (9/8/2018) sore jam 5, ada pernyataannya, Robikin, NU akan keluar, meninggalkan Jokowi kalau yang diangkat bukan kader NU sebagai cawapres.

Ribut lah, dari seluruh Indonesia itu ribut kasih pernyataan (bantahan).

Padahal pernyataan itu ada, Robikin yang menyatakan dan yang menyuruh itu Kiai Ma’ruf Amin,” ujar Mahfud MD.

Mengenai informasi soal hal tersebut, Mahfud MD mengaku tahu informasi tersebut dari Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB.

Muhaimin pun menceritakan secara jelas detik-detik saat Ma’ruf Amin memberikan ancaman tersebut.

Meski awalnya Mahfud MD menolak untuk bertemu dengan Muhaimin Iskandar.

Siapa sangka, dari situlah Mahfud MD mengetahui dinamika politik yang sedang terjadi di sana.

Di awal pertemuan Mahfud MD dan Muhaimin, ia menyebut ketum PKB itu sempat memberikan klarifikasi bukan dia yang menyatakan Mahfud bukan kader NU.

“Muhaimin bilang ‘Pak Mahfud, kita ini dipermainkan politik ya. Bukan saya lah yang bilang pak Mahfud bukan kader NU, iya tau itu anak buah Anda,” jelas Mahfud MD

 

Maklum dengan hal itu, Mahfud MD pun akhirnya mendengarkan cerita ada ancaman dari NU lewat Ma’ruf Amin untuk Jokowi.

Lewat Muhaimin, Mahfud MD pun menceritakan kembali kronologi sampai ancaman itu muncul.

“Saya tanya, gimana itu yang soal ancam-ancam (NU). Muhaimin jawab ‘oh itu yang nyuruh kiai Ma’ruf Amin’,” ucap Mahfud MD menirukan Muhaimin.

Lebih lanjut lagi, Mahfud MD pun mengungkap cerita selanjutnya.

Menurut pengakuan Muhaimin, pada hari Rabu (8/8/2018), Ma’ruf Amin, Aqil Sirad dan Muhaimin dipanggil oleh presiden.

Namun saat pertemuan itu berlangsung, Presiden nyatanya tidak menyebut nama (cawapres) dan justru minta saran siapa cawapres (yang pas kepada mereka bertiga).

Karena ketiga tokoh tersebut dikumpulkan secara bersama-sama, mereka akhirnya menduga bahwa nama mereka bukan lah yang jadi cawapresnya.

Karenanya, Muhaimin berujar ketiga tokoh yang diundang itu marah.

Kemarahan itu rupanya meluap hingga akhirnya Ma’ruf Amin memberikan pernyataan yang membuat Muhaimin mengingatnya dengan jelas.

Yakni saat Ma’ruf Amin, selaku secara jelas meminta NU (lewat Robikin) untuk memberikan ancaman kepada Jokowi.

 

“Kiai Ma’ruf menyatakan ‘kalau begitu kita tidak bertanggung jawab secara moral atas pemerintahan ini kalau bukan kader NU yang diambil’. Ini kata Muhaimin. ‘Robikin, bilang begitu ke pers nanti’. Datanglah Robikin, trus didikte kalimatnya sama Kiai Ma’ruf. Didikte memang,” jelas Mahfud MD yang lagi-lagi menirukan Muhaimin.

Sebelumnya memang Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ( PBNU) Said Aqil Siradj tetap mengisyaratkan kadernya untuk menjadi calon pendamping Joko Widodo (Jokowi) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Saat ditemui usai mengisi ceramah tablig akbar dan deklarasi damai di Lapangan Karangpawitan, Karawang, Kamis (8/8/2018), Said Aqil mengisyaratkan ketidaksetujuannya jika Mahfud MD dipilih menjadi cawapres Jokowi

“Karena beliau enggak pernah di NU ya, masuk kultural NU. Di IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama), di PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) enggak pernah,” ujarnya seperti dilansir Kompas.com, 9 Agustus 2018.

Said Aqil justru mengisyaratkan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin atau Romahurmuziy alias Romy yang pernah aktif di badan otonom NU.

“Beda dengan Muhaimin ketua PMII dan Romy pernah di PMII,” katanya.

Meski demikian, ia membantah PBNU tidak mengizinkan Mahfud MD menjadi cawapres Jokowi.

Namun ia menawarkan kepada Jokowi kader-kader NU untuk menjadi cawapresnya.

“Diambil alhamdulillah, tidak ya enggak apa-apa. Siapa bilang (tidak mengizinkan),” katanya.

Dipanggil Mensesneg

Sebelum membongkar intrik politik untuk mendongkelnya, awalnya Mahfud MD menceritakan kronologi dia didepak jadi pendamping Jokowi.

“Jadi begini ceritanya, pada tanggal 1 Agustus jam 23.00 WIB, saya diundang oleh Mensesneg Pratikno di rumahnya. Saya diberitahu ‘Pak Mahfud sekarang pilihan sudah mengerucut ke bapak harap bersiap-siap nanti pada saatnya akan diumumkan, syarat-syarat yang diperlukan segera mulai di siapkan tidak harus lengkap, yang penting ada dulu’,” kata Mahfud MD.

Seminggu kemudian, kata Mahfud MD, dirinya diundang kembali oleh Pratikno.

“Diberitahu, ‘besok akan diumumkan detail sudah diputuskan sudah disiapkan upacaranya nanti berangkat dari Gedung Joang 45 naik sepeda motor bersama Pak Jokowi. Pak Mahfud bonceng Pak Jokowi yang di depan,” ujar Mahfud.

“Terus saya bilang kenapa tidak naik sama-sama aja? Saya satu, Pak Jokowi satu, ‘nanti tidak bagus tuh kalau Pak Mahfud belok kiri, Pak Jokowi belok kanan, dipotret sama wartawan jelek’, jadi sudah detail,” ungkapnya menambahkan.

Lebih lanjut, Mahfud mengatakan jika pada Kamis (9/8/2018) pagi dirinya diminta untuk membawa daftar riwayat hidup atau curriculum vitae (CV) untuk keperluan deklarasi cawapres.

Tak hanya itu, dia juga diminta untuk menyiapkan baju yang sesuai dengan model baju Jokowi.

“Kemudian saya antarkan CV, sambil menunggu duduk di ruang sebelah. Begitu akan deklarasi akan tampil tinggal nyebrang, saya datang, baju putih itu bukan seragamnya,” jelas Mahfud.

”Kemudian seperti, yang terjadi akhirnya diumumkan Kyai Ma’ruf Amin, kenapa itu berubah, itu sudah ada analis-analis di depan, bukan saya. Saya diburu wartawan ya ndak apa-apa, saya menerima sebagai realitas politik,” imbuh dia.

Meski demikian, Mahfud MD menyatakan tidak sakit hati.

Menurutnya, keputusan Jokowi adalah keputusan yang terbaik.

Akan tetapi, Mahfud MD mengaku jika dirinya tersinggung dengan pernyataan Ketua Umum PPP Romahurmuziy.

“Romy begitu keluar dari ruangan itu, mengatakan loh Pak Mahfud itu kan maunya sendiri, bikin baju sendiri, siapa yang suruh?

Saya agak tersinggung itu.

Padahal Romy justru yang sehari sebelumnya mengatakan bahwa saya sudah final.
Pak Mahfud siapa yang membuat baju, itu kan kerjaannya tim sukses saja katanya.

Apa betul itu? Nah di situ kemudian klarifikasinya.

“Saya dipanggil Pak Jokowi ke istana, Pak Jokowi menjelaskan situasinya dihadapkan pada situasi serba sulit, clear Pak Jokowi mengatakan, ‘jika sampai kemarin sore itu sudah mengerucut ke satu orang, Pak Mahfud, sudah saya perintahkan, tapi tiba-tiba sore partai-partai datang, mengajukan calonnya sendiri-sendiri, lah saya akan tidak bisa menolak, saya kan bukan ketua partai, sementara ini koalisi harus ditanda tangani,’ kata Pak Jokowi,” ujar Mafud MD.

Mahfud MD kemudian mengatakan apa yang dilakukan oleh Jokowi sudah benar.

“Kalau saya jadi Pak Jokowi, pasti saya sudah melakukan hal yang sama,” kata Mahfud MD.

Lebih lanjut, Mahfud MD meminta agar Romy tidak main-main dengan omongannya.

“Padahal dia yang memberi tahu ke saya.

Suatu saat, Arsul Sani mengatakan ke saya mas Romy mau ketemu, oke kalau ketemu di mana? kita ketemu,” kata Mahfud.

Mahfud mengatakan akhirnya Romy mengunjungi rumahnya pagi-pagi.

“Lalu dia memberitahu, menyebutkan jika 10 nama (cawapres) memang berasal dari Pak Jokowi,” ujarnya.

“Jadi Romy sejak awal sudah ke saya,” imbuhnya.

Mahfud MD kemudian mengatakan sehari sebelumnya, dia bertemu dengan politisi PPP Suharso Monoarfa.

“Saya (Monoarfa) bersama Romy (Romahurmuzy) sudah bertemu Presiden (Jokowi). Romy mengatakan bahwa kalau pasanganya Prabowo itu Salim Segaf, nanti lawannya Pak Mahfud; kalau nanti pasangannya Prabowo itu AHY, sama-sama millenial lawannya Romy, tapi sudah tahu dia kalau pak Jokowi pilih saya,” kata Mahfud MD.

“Saya bilang, mas, Anda ini kok ngomongnya beda, dengan yang waktu ketemu saya, jangan main-mainlah saya bilang,” sambung Mahfud MD.

Tolak Jabatan Menko dari Jokowi

Mahfud MD mengaku sudah tiga kali menolak jabatan yang ditawarkan Jokowi mulai dari Menkopolhukam, Jaksa Agung hingga komisaris utama BUMN.

Mahfud menolak lantaran merasa tidak ikut berkeringat membantu Jokowi di Pilpres 2014. Bahkan, Mahfud menjadi ketua tim pemenangan kubu lawan, Prabowo Subianto.

Tawaran menjadi Menko Polhukam diterima Mahfud tahun 2015. Ketika itu Jokowi merencanakan reshuffle jilid I. Luhut Binsar Pandjaitan yang merupakan salah seorang kepercayaan Jokowi menyampaikan kepada Mahfud bahwa Jokowi sudah oke posisi Menko Polhukam diisi dirinya.

“Pak Mahfud, Pak Jokowi menghargai profesionalitas,” kata Mahfud menirukan ucapan Luhut, menjawab alasan tak bisa masuk kabinet karena pernah bekerja keras memuluskan Prabowo jadi presiden.

Tawaran menjadi komisaris utama juga disampaikan Luhut. Tawaran ini ditolak Mahfud dengan alasan profesionalitas.”Saya sampaikan saya ini ahli hukum, nggak ngerti (ekonomi),” kata Mahfud.

Soal tawaran menjadi Jaksa Agung, Mahfud menyebut disampaikan Luhut Panjaitan dan Menseneg Pratikno. Mahfud tak mengiyakan dengan alasan yang sama ketika dijanjikan menjadi Menko Polhukam.

“Saya usul Busro Muqodas dan Bambang Widjojanto (mantan pimpinan KPK),” kata dia.

Mahfud mengatakan berbagai tawaran tersebut ditolak lantaran dirinya punya etika politik. Satu-satunya tawaran yang diterima Mahfud dari Jokowi adalah aktif di Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Konsep badan ini sejak awal digarap Mahfud bersama Yudi Latif.(Sumber Tribune)

About ZP NHO

Selalu Siap dalam bentuk apapun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

loading...




Komentar Terbaru

    x

    Berita Lain

    WAKIL WALIKOTA BUKITTINGGI DAMPINGI BUNDO KANDUANG DKI JAKARTA SERAHKAN BANTUAN PADA KORBAN  LAHAR DINGIN DI BUKIK BATABUAH  

    Bukittinggi, News hanter.Com -Wakil Walikota Bukittinggi Marfendi, ikut serta di hari pertama kerja dampingi ...